Sabtu, April 21, 2012

Semoga Manjadi Renungan Yang Terbaik

*****************************************

Bp. Ir. H. Rahmat Nurwan

******************************************

 

Mengejar Hak, Lupa Kewajiban August 28, 2011

Posted by merenung in Serba-serbi. Tags: , , trackback
By : Bp. Ir. H. Rahmat Nurwan.

Sebentar lagi, (kalau bukan kita yang meninggalkan Ramadhan), Bulan Yang Penuh Rahmah ini akan segera meninggalkan kita. Bulan dimana kita diberikan kesempatan untuk menggapai sebanyak-banyaknya Rahmah dan Ampunan ALLAH, sampai puncaknya terbebas dari api neraka (Mercy, Forgiveness and Freedom From Hell). Sayang bulan Yang di-Muliakan ini lewat begitu saja kecuali sedikit sekali yang telah  kita dapatkan.

Terlalu sedikitnya yang kita dapat, seringkali justru disebabkan oleh terlalu fokusnya kita mengejar hak-hak kita dan abai terhadap kewajiban kita. Kalapun kita meyakini ALLAH telah menjamin hak-hak kita, walau itu memang perlu kita upayakan, bukankah upaya itu juga merupakan kewajiban kita. Lalu bagaimana kita mengharap ALLAH memberikan hak itu kepada kita, jika kita justru tidak memenuhi kewajiban-kewajiban kita. Bahkan untuk merebut apa yang sering kita sebut hak itu, kita sering langgar semua adab, etika, moral bahkan hukum-hukum. Seolah hak itu harus direbut dengan cara semacam apapun.

Tetapi hidup memang pilihan. Bak pepatah gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Kita tak melihat kewajiban kita, tetapi sibuk memburu hak-hak kita. Bukankah hak dan kewajiban adalah sekeping mata uang dua sisi yang tidak bisa dipisahkan?

Puasa ini memang untuk ALLAH. Bukan hanya dengan  menjauhi yang haram, tapi justru menahan diri dari yang halal. Karenanya “yang haram aja susah, apalagi yang halal” bukanlah untuk orang yang beriman, demikian ustadz Arifin Ilham di radio saat memberikan kultum sore ini. Menghindari yang haram itu memang biasa dan sudah seharusnya, tapi mengendalikan yang halal memang bukan perkara mudah.  Seperti talaq (cerai), barang halal yang dibenci ALLAH, pasti  masih banyak barang-barang halal lainnya yang musti hati-hati kita upayakan, walau itu dengan alasan menuntut hak. Konsentrasilah pada kewajibanmu, dengan etika dan adab-adabmu, semoga ALLAH memenuhi hak-hakmu, tanpa perlu keraguanmu.

Ya ALLAH, banyak sekali kesempatan yang kami sia-siakan. Sampaikan umur kami agar bertemu Ramadhan yang akan datang.

 ### semoga manjadi renungan yang terbaik ###



Mencintai atau Dicintai August 9, 2011

Posted by merenung in Kehidupan, Umum. Tags: , trackback
By : Bp. Ir. H. Rahmat Nurwan.
 
Seorang kawan bertanya, bagaimana cara mengarahkan anak dengan benar. Kebetulan konteks pembicaraan adalah mencari sekolah yang cocok untuk anak. SMA Negri atau Swasta. Perguruan Tinggi Negri atau Swasta, dan seterusnya. Maklum, pas kenaikan, musim lulus lulusan dan cari sekolah. Tentu saja aku menjawab sesuai dengan apa yang aku alami saja, karena rasanya sulit menemukan kondisi  ideal, yang untuk setiap orang pastilah berbeda-beda.

“Saya bilang ke anak saya, kamu cari sekolah yang cepat bisa menghasilkan”, demikian kawanku ini.
Aku tanya; “Maksudnya menghasilkan itu apa?”.
“Maksudnya yang cepet bisa kerja dan dapet duit banyak”, begitu sahut kawan ini.

Aku bilang; “Itu ada benarnya tapi menurutku ada salahnya juga. Kita itu harus fokus pada amal (perbuatan) , dan bukan pada apa yang didapat (dibayar, dihargai dst). Karenanya kata ‘menghasilkan’ itu seharusnya menekankan pada ‘meng-hasil-kan’ bukan ‘men-dapat-kan’. Cepat dapat kerja itu harus dimaknai cepat mendapatkan tempat untuk ‘berkarya’, sehingga dapat  segera ‘bermanfaat’, terutama bermanfaat untuk ‘orang lain’. Jadi bukan fokus pada ‘apa yang akan didapat’. Seperti bayaran atau gaji yang banyak dan seterusnya.”

Teringat pada pilihan sederhana yang sering kali mendapat jawaban berbeda-beda. Lebih baik “Mencintai” atau “Dicintai”. Banyak juga (terutama kaum perempuan) yang memilih, lebih baik “Dicintai”. Tetapi saat mereka disuruh memilih, lebih baik “Memberi” atau “Diberi” hampir semua memilih “Memberi”. Lebih baik “Menolong” atau “Ditolong”, semua memilih “Menolong”. Karena sesungguhnya fokus kita haruslah “Me” (beramal) bukannya “Di” menerima pemberian. Bukankah “hanya amal” saja milik kita? Yang lainnya akan kita tinggalkan?


Waktu aku tanya kawan ini pertanyaan sederhana itu, lebih baik “Mencintai” atau “Dicintai” dia jawab, “Mencintai”. Penasaran, aku lanjutkan bertanya, lebih baik “Kerja tidak dibayar” atau “Tidak kerja tapi dikasih duit”. Dia jawab, lebih baik “Kerja tidak dibayar”. Jadi pingin jail aku tanya, lebih baik “underpay” atau “overpaid”. Dia jawab “underpay”. Bukan cuma itu jawabannya. Dia menambahkan, “Saya berdo’a supaya “underpay”, karena ternyata rejeki (berupa pekerjaan, proyek dst) bertambah banyak, sampai kita tolak-tolak”.

Hah ..! Ganti aku yang kaget. Gimana nggak kaget, wong kalau berdo’a aku minta tambahan terus. Padahal kalau aku pikir-pikir, kurang apa sih hidup ini dicukupi oleh ALLAH, kok selalu minta tambah.

 ### semoga manjadi renungan yang terbaik ###


Saudara Muslim August 5, 2011

Posted by merenung in Umum. Tags: , , , trackback sumber : http://merenung.wordpress.com/2011/08/05/saudara-muslim/
By : Bp. Ir. H. Rahmat Nurwan.

Terus terang, aku bukan pendengar setia ceramah Almarhum KH. Zainuddin MZ. Walaupun sudah sejak sangat lama dengan tanpa sengaja sering mendengarkan ceramah beliau. Baik melalui radio, TV ataupun suatu acara yang sebelumnya tidak aku ketahui beliaulah yang akan berceramah.

Semoga ALLAH mengampuni dosa dan kesalahan beliau, menerima segala amal dan ibadahnya, melapangkan dan menerangi kuburnya dan menempatkan di tempat yang layak di akhirat kelak.

Ada sedikit cerita yang kebetulan aku tonton di  salah satu stasiun TV, saat membicarakan (mengenang) kepergian  beliau yang cukup mendadak. Saat itu, salah satu pembicara yang diundang adalah KH M. Nur Iskandar SQ, pendiri Pondok Pesantren Assidiqiyah. Beliau menceritakan salah satu kejadian yang tidak dapat dilupakan, tentang almarhum KH. Zainuddin MZ.

Sewaktu Pondok Pesantren Assidiqiyah dibangun, dengan bangunan semi permanen (mengacu ke dinding dari tripleks dan seterusnya) dan fasilitas seadanya, Kyai Nur Iskandar menelpon Kyai Zainuddin yang kala itu sudah menjadi kyai kondang sejuta umat yang kasetnya tersebar di seantero  bumi Indonesia. Maksud Kyai Nur Iskandar menelpon beliau tentu saja untuk mengabarkan pendirian pesantren barunya, juga meminta do’a (restu) agar pesantren dapat berkembang dan maju.

Yang mengagetkan dan menjadi inti cerita Kyai Nur Iskandar SQ adalah tanggapan dari Kyai Zainuddin kala itu. Selain memberikan selamat dan mendo’akan agar pesantren barunya dapat berkembang, Kyai Zainuddin menambahkan “Kalau begitu, nanti saya tarik anak saya yang di Gontor dan saya titipkan di situ. Biar cepat maju”. Kalau tidak salah ingat Kyai Nur Iskandar bercerita bahwa dia menangis saat mendengar tanggapan Kyai Zainuddin. Bagaimana bisa anaknya yang di Gontor mau ditarik demi kepentingan pesantren baru yang tentu saja “kelas” nya dibawah Gontor yang begitu masyur. Tetapi itu nyatanya Kyai Zainuddin yang berusaha memberikan contoh perilaku muslim sejati.

Seperti di awal tulisan ini, aku mengakui bahwa aku bukan pendengar setia ceramah beliau. Bukan pula orang yang mengikuti tingkah polah dan kiprah beliau, sejak dari penceramah sampai masuk keluar partai. Kalaupun belakangan aku sering mendengarkan ceramahnya, karena memang beliau makin sering masuk TV. Walau aku tidak memeriksa ulang kebenaran kisah ini,tetapi cerita Kyai Nur Iskandar itu benar-benar menggugah. Betapa indahnya seorang muslim yang memikirkan kepentingan saudara muslim lainnya.

Teringat satu kesempatan mendengarkan kisah tentang pahala haji mabrur bagi seorang yang belum pernah menginjakkan kakinya di kota Makkah. Dikisahkan, sepasang suami istri yang tinggal di Syria menabung bertahun-tahun memendam kerinduan untuk pergi haji. Tetapi saat bekal uangnya telah mencukupi, justru diberikan kepada tetangganya yang didapatinya sedang kelaparan. Walau batal berangkat ke tanah suci, tetapi pasangan ini menjadi perbincangan malaikat tentang pahala haji mabrur.

Kisah inipun bercerita tentang bagaimana seorang muslim memikirkan kepentingan saudara muslimnya.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
“Tidak beriman salah seorang kalian sampai dia mencintai saudaranya, seperti dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasanya hadits ini dikenal oleh setiap muslim. Tapi mengapa sulit sekali rasanya mengamalkan. Memikirkan saudara muslimnya seperti memikirkan dirinya sendiri. Menafkahi saudara muslimnya seperti menafkahi dirinya sendiri. Mementingkan dan mendahukan kepentingan saudara muslimnya seperti kepentingan dirinya sendiri. Karena kalau tidak salah, mendahulukan kepentingan dunia saudara muslim itu adalah perbuatan terpuji yang disunahkan, sedangkan mendahulukan urusan akhirat saudara muslimnya adalah perbuatan yang makruh. Betapa keimanan seseorang justru diuji pada bagaimana perlakuannya kepada saudara muslimnya.

Seorang kawan menulis status di wall nya : Sesungguhnya, orang yang “kaya sejati” itu tidak hanya memewahkan dirinya sendiri. Tapi juga memewahkan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan dia ikhlas. (SD)
Ketika aku tanya apa kepanjangan SD pada akhir statusnya, dijawab “Self Defence”

 ### semoga manjadi renungan yang terbaik ###



Shalat Supaya (Juga) Bahagia dan Sehat July 21, 2011

Posted by merenung in Jum'at, Kesehatan. Tags: , , , , trackback
By : Bp. Ir. H. Rahmat Nurwan. 
 
Riwayat  yang menceritakan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA terkena anak panah yang kemudian dicabut oleh sahabat lainnya pada saat menjalankan shalat, para ustadz menjelaskan dengan kata “khusyuk”. Begitu khusyuk nya Beliau Radhiyallahu Anhu shalat, anak panah itu tidak terasa saat dicabut, demikian penjelasannya.  Bagaimana kok sampai dicabut tidak terasa? Seperti apa khusyuk itu? Apakah khusyuk itu semacam trance (tidak sadarkan diri)? Seperti itu pertanyaan didalam kepala ini.

Entah bagaimana orang lain, tapi aku sesekali mencoba mencari bagaimana khusyuk itu. Dan rasanya sulit sekali mencapai bayangan itu. Kalau membayangkan saja tidak mungkin, bagaimana memahami apalagi mengalaminya.


Membaca buku The Miracle of Endorphin, karangan Dr. Shigeo Haruyama (lahir tahun 1940 di Kyoto, seorang dokter bedah lulusan Universitas Tokyo), mungkin adalah “salah satu” jawaban mengapa anak panah itu tidak terasa waktu dicabut. Bagaimana tidak, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Shigeo Haruyama, beta-endorhin  merupakan hormon yang dihasilkan otak yang berkhasiat dan bekerja lima atau enam kali lebih kuat dibandingkan obat bius (halaman 32). Karenanya hormon ini memiliki efek analgesic (penghilang rasa sakit). Dan karenanya kita menjadi mengerti cara kerja pembiusan akupuntur Cina. Di Cina, sejak dahulu operasi dilakukan tanpa anestesi dan pasien sepenuhnya dibius dengan jarum-jarum akupuntur (halaman 72).

Hormon yang satu ini disebut Hormon Kebahagiaan oleh Dr. Shigeo Haruyama. Dan mengapa otak memproduksi hormon jenis ini? “Saya yakin bahwa dengan itu, alam ingin memaksa kita untuk hidup bahagia”, menurut Dr. Shigeo Haruyama (halaman 32). Kalau ALLAH menciptakan kita dan memaksa kita untuk hidup bahagia (dengan Hormon Kebahagiaan itu), mengapa kita lihat banyak diantara kita yang hidup tidak bahagia?


Shalat pasti salah satu yang merangsang otak kita memproduksi hormon kebahagiaan (endorphin ) itu. Ritual yang kadang dipandang dengan kurang sepadan seperti berwudhu, sepertinya (ingin) dijelaskan oleh Dr. Shigeo Haruyama dengan pemijatan tsubo pada wajah yang merangsang  sekresi hormon kebahagiaan. Atau gerakan meditasi yang diajarkannya, pastilah sudah komplit diwakili dengan gerakan shalat yang sempurna itu. Ya ALLAH, betapa Engkau memaksa kami untuk bahagia dan sehat dengan “perintah” shalat-Mu.


Karena sudah sedikit mengerti, tinggal bagaimana berusaha shalat yang benar. Bukan saja untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar, tapi juga membuat kita bahagia dan sehat. Ya ALLAH ajari kami shalat yang khusyuk.


 ### semoga manjadi renungan yang terbaik ###




Konsumtivisme Umrah April 20, 2011

Posted by merenung in Copy, Umum. Tags: , , trackback  


Tulisan copy paste dari; “Koran Republika, Selasa 19 April 2011, hikmah oleh Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub”
Medio April ini, Allah memberikan kesempatan kepada kami untuk menengok putra semata wayang kami yang sejak tahun lalu belajar di Universitas Islam Madinah. Kesempatan ini sekaligus kami manfaatkan untuk mengamati perkembangan umrah. Dibandingkan dengan era 1970-an sampai 1980-an, antusiasme umat untuk menjalankan umrah luar biasa. Dulu, kepadatan jamaah di Masjidil Haram yang mirip musim haji hanya pada malam 27 Ramadhan. Kini, kepadatan semacam itu dapat dilihat setiap malam.

Apakah yang mendorong mereka jor-joran menjalankan umrah?

Ada beberapa alasan :

# Pertama, lamanya masa tunggu untuk beribadah haji menjadi faktor yang menonjol terhadap fenomena umrah masa kini.

# Kedua, kekurangpuasan ketika menjalankan ibadah haji sehingga mereka mengulanginya dalam bentuk umrah.

# Ketiga, orang tua memberikan hadiah umrah bagi anak-anaknya yang berprestasi lulus ujian.

# Keempat, sebagai simbol gengsi baru sebab dengan menjalankan umrah, berarti di mata masyarakat yang bersangkutan memiliki nilai plus. Bahkan, konon ada paket pernikahan di sisi Ka’bah.

# Kelima, Makkah dengan fasilitasnya yang mutakhir tampaknya juga memengaruhi umat untuk berumrah.

Ibadah haji dan umrah diwajibkan kepada umat Islam pada tahun 6 H. Pada tahun itu pula Nabi SAW bermaksud untuk umrah, tetapi gagal karena Makkah masih dikuasai kaum musyrikin.

Sejak Makkah dibebaskan 8 H sampai beliau wafat tahun 11 H, Nabi SAW punya kesempatan beribadah haji tiga kali, tetapi beliau melakukannya hanya sekali.

Beliau juga punya kesempatan beribadah umrah ratusan bahkan ribuan kali, namun beliau beribadah umrah sunah hanya dua kali dan tidak pernah dilakukan pada bulan Ramadhan.

Sekiranya Nabi SAW tidak punya uang untuk berhaji tiap tahun dan berumrah tiap bulan, tentu para sahabat yang kaya akan membiayai Nabi SAW untuk hal itu.

Tetapi, Nabi SAW bukan tipologi orang yang suka minta bantuan.

Setelah Nabi SAW tinggal di Madinah, banyak terjadi peperangan. Maka, uang Nabi SAW dipakai untuk membiayai jihad fi sabilillah itu. Banyak sahabat yang gugur sebagai syuhada dalam peperangan. Akibatnya, banyak janda, orang miskin, dan anak yatim.

Nabi SAW mencontohkan dan memerintahkan umatnya untuk menyantuni orang-orang tersebut.

Di Madinah juga, ada ratusan mahasiswa miskin yang belajar pada beliau. Nabi SAW mencontohkan dan memerintahkan umatnya untuk menyantuni mereka. Nabi SAW lebih memprioritaskan ibadah sosial daripada ibadah individual apabila dua ibadah itu hukumnya sunah.

Di negeri kita, potret kemiskinan ada di mana-mana. Dalam keadaan seperti itu, apakah Islam membenarkan umatnya jor-joran pergi umrah? Sekiranya berhaji dan berumrah ulang adalah sebuah kebaikan, tentulah Nabi SAW telah melakukannya.

Kini, permasalahannya kembali pada kita, apakah kita dalam beribadah mau mengikuti contoh dari Nabi SAW, ataukah kita mengikuti selera alias hawa nafsu kita sendiri. Iblis sangat cerdik, maksiat dibungkusnya dengan ibadah.




 ### semoga manjadi renungan yang terbaik ###



Renungan

Hukuman Fisik Membuat Anak Lebih Agresif
Ghiboo.com - Memberi hukuman kepada anak secara fisik tidak akan mengurangi kenakalannya tapi justru membuatnya lebih agresif.
Pernyataan ini dibuat berdasarkan hasil penelitian Universitas Manitoba dan Rumah Sakit Anak dari Timur Ontario selama 20 tahun terakhir.
Times of India menyebutkan kalau penulis studi Joan Duurant dan Ron Enson menemukan bahwa hukuman fisik membuat anak lebih agresif dan dapat membahayakan mereka dalam jangka panjang.

"Perilaku anak-anak ini akan lebih agresif dan tidak takut terhadap orangtua, saudara, teman mereka. Hukuman fisik juga berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan dan penggunaan obat dan alkohol," ujar Durrant.
Ketika 500 orangtua dilatih untuk mengurangi ketergantungan mereka dalam menjatuhkan hukuman fisik, ternyata perilaku agresif anak ikut menurun. Sekarang hukuman fisik mulai ditinggalkan dan beralih ke upaya mendisiplinkan anak melalui pendekatan konstruktif.

 ### semoga manjadi renungan yang terbaik ###


Jangan Hukum Anak Kalau Sedang Mengamuk

TRIBUNNEWS.COM - Anak yang mengamuk di tempat publik mungkin akan membuat Anda sangat malu. Bagaimana mengatasinya?

Sebagian orangtua juga sering tidak tahu harus berbuat apa sehingga memilih untuk "bernegosiasi" dengan anak, yang penting dia tidak lagi menjerit dan berguling-guling di lantai. Namun, sebenarnya ada yang perlu diketahui seputar perilaku tantrum (mengamuk) yang dilakukan anak.
Menurut Dr Brenna E Lorenz, peneliti dari University of Guam, kita perlu memahami mengapa anak mengalami tantrum. Ia mengamuk karena dorongan amarah dari dalam dirinya. Sementara, kemarahan ini berakar dari rasa takut. Misalnya, "Kalau saya tidak mendapat mainan ini sekarang, sampai kapan pun saya tidak akan dibelikan orangtua saya." Rasa takut ini kemudian digantikan oleh rasa sedih karena merasa dia tidak mendapat hal yang ia inginkan. Itu sebabnya, ia menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan.

Sebagai orangtua, hal terbaik yang perlu dilakukan pada situasi seperti ini bukanlah menyerah pada keinginan anak dan memenuhinya. Meskipun hal ini adalah solusi paling mudah, terutama apabila Anda sudah lelah atau masih harus mengurus anak lainnya. Sekali Anda menyerah, anak akan kembali melakukan hal yang sama karena ia tahu dengan cara itu ia bisa mendapatkan keinginannya. Untuk itu, Anda perlu lebih banyak berbicara dengan anak agar ia terbiasa untuk mengemukakan emosinya dengan cara yang lebih positif.

Lorenz juga memberikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan orangtua saat anak mengamuk:

1. Tetaplah tenang dan berpikir jernih. Berfokuslah pada penyebab dia mengamuk dan abaikan perilaku buruknya, hingga akhirnya ia menyadari bahwa cara "berkomunikasi" seperti itu tidak membuahkan hasil.

2. Hindari menghukum anak. Berteriak atau bahkan memukul anak hanya akan membuat tantrumnya menjadi lebih parah. Dalam jangka panjang, perilaku ini akan ia pertahankan.

3. Jangan memberi apa yang ia inginkan. Menyerah pada keinginannya hanya akan membuatnya melegalkan aksi tantrum untuk mendapatkan yang ia inginkan.

4. Jaga agar anak tetap berada dalam keadaan aman meski sedang mengamuk.

5. Apabila memungkinkan, tempatkan dia di tempat yang khusus agar tidak mengganggu atau melukai orang lain ataupun dirinya sendiri.

6. Jangan biarkan reaksi negatif dari orang sekitar Anda memengaruhi bagaimana Anda menangani tantrum anak.

### semoga manjadi renungan yang terbaik ###


Anak Susah Makan, Jangan Dipaksa
Ghiboo.com - Anak kecil umumnya susah disuruh makan di usia 1-5 tahun. Biasanya, orangtua melakukan berbagai cara agar si anak mau makan demi menjaga pertumbuhan si Anak.

Ingat satu kunci penting, jangan pernah paksa anak makan ketika dia memang tidak mau makan. Ketika Anda memaksa dia makan padahal dia memang tidak mau atau susah makan, itu bisa membuat si anak malah semakin jauh dari makanan.

Karena ketika tiba waktu makan, anak selalu merasa ketakutan akan Anda paksa sehingga dia malah benar-benar tidak mau makan. Kondisi ini bisa terbawa sampai dia dewasa nanti.

Buatlah suasana makan menjadi hal yang menyenangkan. Setidaknya dengan cara makan bersama keluarga dan si anak melihat betapa lahapnya anggota lain makan, itu akan membuatnya ikut makan.

Membuat variasi menu juga penting untuk membuat anak mau makan. Anda bisa membuat omelet nasi dan sayuran, orak arik telur, kentang dan wortel atau nasi goreng telur. Lebih menarik lagi Anda bisa sajikan makanan tersebut semenarik mungkin.

Sebuah penelitian menyebutkan anak-anak lebih suka melihat makanan dengan warna yang banyak dan juga bentuk yang lucu-lucu. Tidak ada salahnya Anda meluangkan waktu sedikit untuk itu semua demi anak tercinta.

Good Luck Mom!

### semoga manjadi renungan yang terbaik ###


Pak, Bu, Tolong Jangan Katakan Hal Ini pada Anak Anda (1)
  • Anak sholeh/Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri. Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Berawal dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu. Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak Anda lontarkan untuk buah hati tercinta.

Apa itu?

''Pergi sana! Bapak Mau Sendiri!''
Ketika Anda kerap melontarkan kata-kata ini pada anak, Suzette Haden Elgin, pendiri Ozark Center, mengatakan anak-anak akan berpikir tidak ada gunanya berbicara dengan orang tuanya karena mereka selalu diusir. ''Jika Anda terbiasa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak sejak mereka kecil, biasanya mereka akan mengatakan hal serupa ketika dewasa.''

''Kamu Itu...''
Pelabelan pada anak adalah cara pintas untuk mengubah anak-anak. Jika seorang ibu mengatakan, ''Anak saya memang pemalu'', maka anak akan menelan begitu saja label itu tanpa bertanya apa pun. Apalagi, bila kita memberikan label buruk pada anak-anak, itulah yang akan melekat dalam benak mereka. Seumur hidup.


### semoga manjadi renungan yang terbaik ###


Pak, Bu, Tolong Jangan Katakan Hal Ini pada Anak Anda (2)
  • Mencintai anak yatim adalah perintah agama. Ilustrasi

    Mencintai anak yatim adalah perintah agama. Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri. Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Ternyata, dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu. Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak Anda lontarkan untuk buah hati tercinta.

Apa itu?

''Jangan Nangis''
Atau, kata-kata serupa seperti, ''Jangan cengeng'' atau ''Nangis melulu''. Padahal, untuk anak-anak yang belum dapat mengekspresikan emosi lewat kata-kata, mereka hanya dapat menyalurkannya dengan cara menangis. Adalah wajar, bila anak-anak merasa sedih atau ketakutan. ''Sebenarnya, wajar saja bila ortu ingin melindungi anak mereka dari perasaan-perasaan itu. Tapi, dengan mengatakan ''jangan'' tidak berarti anak-anak akan lebih baik. ''Ini juga akan memberikan kesan bahwa emosi mereka tidak benar, bahwa tidak baik untuk merasa takut atau sedih,'' ujar Debbie Glasser, direktur Family Support Services.

Lebih baik, katakan pada anak bahwa Anda memahami perasaan sedih yang dia alami. ''Ibu paham kamu takut dengan ombak. Ibu janji tidak akan melepaskan tanganmu lagi, Nak...''

''Kenapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?''
''Lihat tuh, Doni rapi banget mengancing bajunya. Kok kamu tidak bisa?''
Para pakar menilai wajar orang tua membandingkan anak-anaknya. Ini akan menjadi referensi terhadap perkembangan anak-anak. Namun, tolong, jangan katakan ini di depan anak-anak. Ini karena tiap anak adalah individu yang berbeda. Mereka punya kepribadian tersendiri. Membandingkan anak dengan orang lain berarti Anda menginginkan anak Anda menjadi orang yang berbeda.

### semoga manjadi renungan yang terbaik ###


Berikan Banyak Pujian dan Anak Akan Jadi Hebat


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perilaku orangtua dalam mendidik sejak dini ternyata berkorelasi langsung dengan sikap, pribadi buah hati di masa mendatang. Jika salah melakukan pengasuhan, yang terjadi justru anak mempunyai sifat atau sikap negatif. Lalu bagaimana mendidik anak yang tepat sehingga menjadi anak hebat (incredible).
Tak ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua. Tetapi, orangtua tetap perlu belajar menerapkan pola pengasuhan yang positif pada anak agar dapat membentuk karakter positif anak di masa depan.

Hanny Muchtar Darta dari EI Parenting Consultant saat talkshow "Pentingnya Kecukupan Asupan Vitamin & Mineral Agar Anak Incredible" yang digelar oleh Scott's Multivitamin di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, mengungkap beberapa tips ataupun trik yang bisa menjadi rujukan:

1. Berkomunikasilah secara positif
Orangtua harus mempunyai persepsi bahwa anak itu unik dan mempunyai perbedaan dibandingkan anak yang lainnya. Jadi orangtua harus mempunyai kemampuan untuk membangun bakat yang dimiliki dengan cara yang positif. Kalau ibu ingin anaknya belajar bukan bilangnya "Jangan malas-malas". Tapi akan lebih baik jika mengatakan "Ayo dong semangat belajar".

2. Hindari membandingkan dengan adik, kakaknya atau dengan anak lain.
Jangan membandingkan dengan yang lain, tapi bandingkan dengan kemajuan yang diperoleh buah hati. Jangan mengatakan "Kakak kamu lebih hebat atau kakak kamu lebih rajin belajarnya, jadi kamu harus seperti dia dong. Harusnya "Loh kamu kemarin nilai Matematika dan Bahasa Inggris nilai kurang, seharusnya nanti harus lebih baik".

3. Dorong anak untuk ikut kompetisi.
Anak yang berusia 5-8 tahun lagi senang-senangnya berkompetisi karena dari segi kognotifnya lagi senang-senangnya untuk menunjukkan kebisaannya dan kemampuan yang dimilikinya. Tapi kalau sudah 12 tahun keinginan untuk berkompetisi turun. Jadi kalau ingin membentuk anak yang hebat, ajaklah berkompetisi sejak kecil.

4. Hindari memotong pembicaraan.
Seringkali dilakukan orangtua yang tidak sabar mendengarkan dan selalalu menyalahkan. Yang harus dilakukan adalah mendengarkan terlebih dahulu dengan penuh perhatian. Anak juga ingin dihargai pendapatnya. Jika ini dilakukan bisa melatih anak berani mengemukakan pendapat, atau gagasan yang dimilikinya.

5. Fokus pada tujuan
Terkadang orangtua asal memerintahkan. Misalnya, mengatakan jangan lupa baju olahragamu dibawa pulang atau mengatakan jangan malu bertanya nanti sesat di jalan. Lebih baik mengatakan, "Kalau berani bertanya, itu tanda anak cerdas,". Jadi bicaranya lebih positif sehingga membuat anak menjadi terinspirasi.

6. Memberikan banyak pujian, tentunya di tempat dan waktu yang tepat
Terlalu banyak waktu Anda yang terbuang jika hanya mengkritik sikap buruk buah hati. Sebaliknya, Anda jadi kekurangan waktu untuk memberinya pujian atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali Anda perlu mengucapkan, "Mama senang, lho, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya di tempat semula."

7. Berikan pelukan, belaian, dan ciuman
Biasakan memeluk buah hati hingga 12 kali sehari. Tujuannya supaya ia merasakan adanya kedekatan, kehangatan sehingga mampu membangun ikatan emosional yang baik disamping anak akan merasa diterima dan didukung oleh orangtuanya.

8. Membangun aturan sederhana.
Melatih kedisiplinan bisa dilakukan dengan membangun rutinitas misalnya: jam makan, jam tidur, makan pada tempat yang benar, dan lain sebagainya. Ini akan melatih anak hidup secara disiplin. Meski demikian, sebagai orangtua harus memberikan contoh melakukan kedisiplinan. Jangan terus dilanggar.

9. Hindari untuk bicara dengan anak ketika sedang mengalami emosi negatif
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami anak-anak saat dia sedang kelelahan, saat Anda terlalu menuntutnya berbuat lebih, saat dia lapar, dan saat dia sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman ini untuk mengurangi kejengkelan pada anak.

### semoga manjadi renungan yang terbaik ###


Mengapa Anak Berperilaku Buruk?

TRIBUNNEWS.COM - Perilaku agresif terkadang lazim ditemui pada anak-anak usia dibawah lima tahun (balita). Namun jika perilaku tersebut masih bertahan sampai ia bersekolah TK atau SD, hhhm bisa jadi ada yang salah dengan pola asuh ibunya.

Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul. Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda.

Menurut teori, balita berusia 4 tahun lebih bisa dikendalikan dibanding balita usia 2 tahun, dan anak berusia 6 tahun berperilaku lebih baik dibanding rata-rata anak usia 4 tahun.

Namun pada kenyataannya ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun.

"Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas I sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber. Padahal, literatur menyatakan anak yang agresif, seperti suka memukul atau melempar benda saat tantrum, cenderung bermasalah di sekolah, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak.

Dalam penelitian yang dilakukan Lorber terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bayi usia 3 bulan pun sudah bisa meniru. Jika sejak bayi si ibu bersikap kurang sabar atau suka mengomel, besar kemungkinan bayinya akan tumbuh menjadi anak berperilaku buruk.

Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh sekelilingnya, seperti tayangan televisi atau video games. Namun, Lorber menjelaskan bahwa pola asuh bukan faktor tunggal dalam pembentukan perilaku anak karena ada juga pengaruh faktor genetik.

Walau begitu, ia menyarankan agar orangtua memberi contoh perilaku yang baik pada anaknya. "Mulailah sedini mungkin. Menjadi orangtua yang sensitif dan merespon kebutuhan sosial dan emosional anak sangatlah penting," katanya.

### semoga manjadi renungan yang terbaik ###


Ingin Punya Anak Pintar? Simak Rahasianya (1)
REPUBLIKA.CO.ID, Cikal bakal otak anak mulai terbentuk pada usia kehamilan dini. Anak sehat dan pintar di sana bermula. Dari situ pulalah, masalah dan gangguan perkembangan bisa muncul. Kalau mau memiliki anak yang pintar dimulai dari sini (masa awal kehamilan) karena lempengan otak sudah terbentuk saat usia kehamilan 18 hari. Maka itu, kehamilan tersebut benar-benar harus dipersiapkan, ujar dokter spesialis tumbuh kembang anak, dr Ahmad Suryawan SpA(K).
Dari bentuk lempengan, pertumbuhan otak dalam janin akan terus tumbuh. Puncaknya saat kehamilan antara empat bulan hingga enam bulan. Nutrisi yang baik dan didukung psikis ibu yang stabil akan membentuk sel-sel otak bayi. Semakin banyak sel otak yang tumbuh, semakin tercipta anak yang cerdas. Untuk itu, pada masa kehamilan, ibu dilarang stres karena akan memengaruhi perkembangan sel-sel pembentukan otak.

Setelah bayi lahir, sel-sel otak harus distimulasi agar semakin banyak pembentuk jaringan penghubung sel-sel otak. Masa stimulasi ini, lanjut dokter yang akrab disapa Wawan itu, sangat penting dilakukan sejak dini. Otak anak yang kurang stimulasi tak memiliki jaringan penghubung.

Wawan menitikberatkan masalah stimulasi dini agar para orang tua mengetahui perkembangan anaknya. Sebab, ada masa periode kritis. Saat itu, pertumbuhan otak anak tidak tumbuh dan tidak berkembang. Periode kritis ini adalah sebuah kurun waktu dalam pertumbuhan otak anak. Bila didapatkan gangguan, akan berakibat anak mengalami kelainan perkembangan yang permanen dan sulit disembuhkan, paparnya di Karawaci, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.

Jika gangguan tersebut diketahui sejak dini, masih bisa dilakukan langkah-langkah perbaikan. Namun, jika deteksi terlambat, dikhawatirkan menjadi cacat seterusnya. Karena, pertumbuhan otak itu hanya sampai usia anak enam tahun.

### seoga manjadi renungan yang terbaik ###