Hukuman Fisik Membuat Anak Lebih Agresif
Oleh Fidelia | ghiboo.com – Kam, 9 Feb 2012 20.39
Ghiboo.com - Memberi hukuman kepada anak secara fisik tidak akan mengurangi kenakalannya tapi justru membuatnya lebih agresif.
Pernyataan
ini dibuat berdasarkan hasil penelitian Universitas Manitoba dan
Rumah Sakit Anak dari Timur Ontario selama 20 tahun terakhir.
Times of India
menyebutkan kalau penulis studi Joan Duurant dan Ron Enson menemukan
bahwa hukuman fisik membuat anak lebih agresif dan dapat membahayakan
mereka dalam jangka panjang.
"Perilaku anak-anak ini akan lebih agresif dan tidak takut terhadap orangtua, saudara, teman mereka. Hukuman fisik juga berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan dan penggunaan obat dan alkohol," ujar Durrant.
Ketika
500 orangtua dilatih untuk mengurangi ketergantungan mereka dalam
menjatuhkan hukuman fisik, ternyata perilaku agresif anak ikut menurun.
Sekarang hukuman fisik mulai ditinggalkan dan beralih ke upaya
mendisiplinkan anak melalui pendekatan konstruktif.
Jangan Hukum Anak Kalau Sedang Mengamuk
### semoga manjadi renungan yang terbaik ###
Jangan Hukum Anak Kalau Sedang Mengamuk
TRIBUNnews.com – Jum, 17 Jun 2011 03.41
TRIBUNNEWS.COM - Anak yang mengamuk di tempat publik mungkin akan membuat Anda sangat malu. Bagaimana mengatasinya?
Sebagian orangtua juga sering tidak tahu harus berbuat apa sehingga memilih untuk "bernegosiasi" dengan anak, yang penting dia tidak lagi menjerit dan berguling-guling di lantai. Namun, sebenarnya ada yang perlu diketahui seputar perilaku tantrum (mengamuk) yang dilakukan anak.
Menurut
Dr Brenna E Lorenz, peneliti dari University of Guam, kita perlu
memahami mengapa anak mengalami tantrum. Ia mengamuk karena dorongan
amarah dari dalam dirinya. Sementara, kemarahan ini berakar dari rasa
takut. Misalnya, "Kalau saya tidak mendapat mainan ini sekarang, sampai
kapan pun saya tidak akan dibelikan orangtua saya." Rasa takut ini
kemudian digantikan oleh rasa sedih karena merasa dia tidak mendapat hal
yang ia inginkan. Itu sebabnya, ia menunjukkan perilaku yang tidak
menyenangkan.
Sebagai orangtua, hal terbaik yang perlu dilakukan pada situasi seperti ini bukanlah menyerah pada keinginan anak dan memenuhinya. Meskipun hal ini adalah solusi paling mudah, terutama apabila Anda sudah lelah atau masih harus mengurus anak lainnya. Sekali Anda menyerah, anak akan kembali melakukan hal yang sama karena ia tahu dengan cara itu ia bisa mendapatkan keinginannya. Untuk itu, Anda perlu lebih banyak berbicara dengan anak agar ia terbiasa untuk mengemukakan emosinya dengan cara yang lebih positif.
Lorenz juga memberikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan orangtua saat anak mengamuk:
1. Tetaplah tenang dan berpikir jernih. Berfokuslah pada penyebab dia mengamuk dan abaikan perilaku buruknya, hingga akhirnya ia menyadari bahwa cara "berkomunikasi" seperti itu tidak membuahkan hasil.
2. Hindari menghukum anak. Berteriak atau bahkan memukul anak hanya akan membuat tantrumnya menjadi lebih parah. Dalam jangka panjang, perilaku ini akan ia pertahankan.
3. Jangan memberi apa yang ia inginkan. Menyerah pada keinginannya hanya akan membuatnya melegalkan aksi tantrum untuk mendapatkan yang ia inginkan.
4. Jaga agar anak tetap berada dalam keadaan aman meski sedang mengamuk.
5. Apabila memungkinkan, tempatkan dia di tempat yang khusus agar tidak mengganggu atau melukai orang lain ataupun dirinya sendiri.
6. Jangan biarkan reaksi negatif dari orang sekitar Anda memengaruhi bagaimana Anda menangani tantrum anak.
### semoga manjadi renungan yang terbaik ###
Anak Susah Makan, Jangan Dipaksa
Oleh Fidelia | ghiboo.com – Kam, 26 Jan 2012 12.03 WIB
Ghiboo.com
- Anak kecil umumnya susah disuruh makan di usia 1-5 tahun. Biasanya,
orangtua melakukan berbagai cara agar si anak mau makan demi menjaga
pertumbuhan si Anak.
Ingat satu kunci penting, jangan pernah paksa anak makan ketika dia memang tidak mau makan. Ketika Anda memaksa dia makan padahal dia memang tidak mau atau susah makan, itu bisa membuat si anak malah semakin jauh dari makanan.
Karena ketika tiba waktu makan, anak selalu merasa ketakutan akan Anda paksa sehingga dia malah benar-benar tidak mau makan. Kondisi ini bisa terbawa sampai dia dewasa nanti.
Buatlah suasana makan menjadi hal yang menyenangkan. Setidaknya dengan cara makan bersama keluarga dan si anak melihat betapa lahapnya anggota lain makan, itu akan membuatnya ikut makan.
Membuat variasi menu juga penting untuk membuat anak mau makan. Anda bisa membuat omelet nasi dan sayuran, orak arik telur, kentang dan wortel atau nasi goreng telur. Lebih menarik lagi Anda bisa sajikan makanan tersebut semenarik mungkin.
Sebuah penelitian menyebutkan anak-anak lebih suka melihat makanan dengan warna yang banyak dan juga bentuk yang lucu-lucu. Tidak ada salahnya Anda meluangkan waktu sedikit untuk itu semua demi anak tercinta.
Good Luck Mom!
### semoga manjadi renungan yang terbaik ###
Pak, Bu, Tolong Jangan Katakan Hal Ini pada Anak Anda (1)
Republika – Sel, 17 Jan 2012 16.06
REPUBLIKA.CO.ID,
Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri.
Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk
menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan
buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Berawal
dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu.
Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak Anda lontarkan
untuk buah hati tercinta.
Apa itu?
Apa itu?
''Pergi sana! Bapak Mau Sendiri!''
Ketika
Anda kerap melontarkan kata-kata ini pada anak, Suzette Haden Elgin,
pendiri Ozark Center, mengatakan anak-anak akan berpikir tidak ada
gunanya berbicara dengan orang tuanya karena mereka selalu diusir.
''Jika Anda terbiasa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak sejak mereka
kecil, biasanya mereka akan mengatakan hal serupa ketika dewasa.''
''Kamu Itu...''
Pelabelan
pada anak adalah cara pintas untuk mengubah anak-anak. Jika seorang
ibu mengatakan, ''Anak saya memang pemalu'', maka anak akan menelan
begitu saja label itu tanpa bertanya apa pun. Apalagi, bila kita
memberikan label buruk pada anak-anak, itulah yang akan melekat dalam
benak mereka. Seumur hidup.
### semoga manjadi renungan yang terbaik ###
Pak, Bu, Tolong Jangan Katakan Hal Ini pada Anak Anda (2)
Republika – Sel, 17 Jan 2012 16.10
REPUBLIKA.CO.ID,
Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri.
Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk
menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan
buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Ternyata,
dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu.
Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak Anda lontarkan
untuk buah hati tercinta.
Apa itu?
''Jangan Nangis''
Atau, kata-kata serupa seperti, ''Jangan cengeng'' atau ''Nangis melulu''. Padahal, untuk anak-anak yang belum dapat mengekspresikan emosi lewat kata-kata, mereka hanya dapat menyalurkannya dengan cara menangis. Adalah wajar, bila anak-anak merasa sedih atau ketakutan. ''Sebenarnya, wajar saja bila ortu ingin melindungi anak mereka dari perasaan-perasaan itu. Tapi, dengan mengatakan ''jangan'' tidak berarti anak-anak akan lebih baik. ''Ini juga akan memberikan kesan bahwa emosi mereka tidak benar, bahwa tidak baik untuk merasa takut atau sedih,'' ujar Debbie Glasser, direktur Family Support Services.
Lebih baik, katakan pada anak bahwa Anda memahami perasaan sedih yang dia alami. ''Ibu paham kamu takut dengan ombak. Ibu janji tidak akan melepaskan tanganmu lagi, Nak...''
''Kenapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?''
''Lihat tuh, Doni rapi banget mengancing bajunya. Kok kamu tidak bisa?''
Para pakar menilai wajar orang tua membandingkan anak-anaknya. Ini akan menjadi referensi terhadap perkembangan anak-anak. Namun, tolong, jangan katakan ini di depan anak-anak. Ini karena tiap anak adalah individu yang berbeda. Mereka punya kepribadian tersendiri. Membandingkan anak dengan orang lain berarti Anda menginginkan anak Anda menjadi orang yang berbeda.
### semoga manjadi renungan yang terbaik ###
Berikan Banyak Pujian dan Anak Akan Jadi Hebat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perilaku orangtua dalam mendidik sejak dini ternyata berkorelasi langsung dengan sikap, pribadi buah hati di masa mendatang. Jika salah melakukan pengasuhan, yang terjadi justru anak mempunyai sifat atau sikap negatif. Lalu bagaimana mendidik anak yang tepat sehingga menjadi anak hebat (incredible).
Hanny Muchtar Darta dari EI Parenting Consultant saat talkshow "Pentingnya Kecukupan Asupan Vitamin & Mineral Agar Anak Incredible" yang digelar oleh Scott's Multivitamin di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, mengungkap beberapa tips ataupun trik yang bisa menjadi rujukan:
1. Berkomunikasilah secara positif
Orangtua harus mempunyai persepsi bahwa anak itu unik dan mempunyai perbedaan dibandingkan anak yang lainnya. Jadi orangtua harus mempunyai kemampuan untuk membangun bakat yang dimiliki dengan cara yang positif. Kalau ibu ingin anaknya belajar bukan bilangnya "Jangan malas-malas". Tapi akan lebih baik jika mengatakan "Ayo dong semangat belajar".
2. Hindari membandingkan dengan adik, kakaknya atau dengan anak lain.
Jangan membandingkan dengan yang lain, tapi bandingkan dengan kemajuan yang diperoleh buah hati. Jangan mengatakan "Kakak kamu lebih hebat atau kakak kamu lebih rajin belajarnya, jadi kamu harus seperti dia dong. Harusnya "Loh kamu kemarin nilai Matematika dan Bahasa Inggris nilai kurang, seharusnya nanti harus lebih baik".
3. Dorong anak untuk ikut kompetisi.
Anak yang berusia 5-8 tahun lagi senang-senangnya berkompetisi karena dari segi kognotifnya lagi senang-senangnya untuk menunjukkan kebisaannya dan kemampuan yang dimilikinya. Tapi kalau sudah 12 tahun keinginan untuk berkompetisi turun. Jadi kalau ingin membentuk anak yang hebat, ajaklah berkompetisi sejak kecil.
4. Hindari memotong pembicaraan.
Seringkali dilakukan orangtua yang tidak sabar mendengarkan dan selalalu menyalahkan. Yang harus dilakukan adalah mendengarkan terlebih dahulu dengan penuh perhatian. Anak juga ingin dihargai pendapatnya. Jika ini dilakukan bisa melatih anak berani mengemukakan pendapat, atau gagasan yang dimilikinya.
5. Fokus pada tujuan
Terkadang orangtua asal memerintahkan. Misalnya, mengatakan jangan lupa baju olahragamu dibawa pulang atau mengatakan jangan malu bertanya nanti sesat di jalan. Lebih baik mengatakan, "Kalau berani bertanya, itu tanda anak cerdas,". Jadi bicaranya lebih positif sehingga membuat anak menjadi terinspirasi.
6. Memberikan banyak pujian, tentunya di tempat dan waktu yang tepat
Terlalu banyak waktu Anda yang terbuang jika hanya mengkritik sikap buruk buah hati. Sebaliknya, Anda jadi kekurangan waktu untuk memberinya pujian atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali Anda perlu mengucapkan, "Mama senang, lho, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya di tempat semula."
7. Berikan pelukan, belaian, dan ciuman
Biasakan memeluk buah hati hingga 12 kali sehari. Tujuannya supaya ia merasakan adanya kedekatan, kehangatan sehingga mampu membangun ikatan emosional yang baik disamping anak akan merasa diterima dan didukung oleh orangtuanya.
8. Membangun aturan sederhana.
Melatih kedisiplinan bisa dilakukan dengan membangun rutinitas misalnya: jam makan, jam tidur, makan pada tempat yang benar, dan lain sebagainya. Ini akan melatih anak hidup secara disiplin. Meski demikian, sebagai orangtua harus memberikan contoh melakukan kedisiplinan. Jangan terus dilanggar.
9. Hindari untuk bicara dengan anak ketika sedang mengalami emosi negatif
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami anak-anak saat dia sedang kelelahan, saat Anda terlalu menuntutnya berbuat lebih, saat dia lapar, dan saat dia sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman ini untuk mengurangi kejengkelan pada anak.
### semoga manjadi renungan yang terbaik ###
Mengapa Anak Berperilaku Buruk?
Mengapa Anak Berperilaku Buruk?
TRIBUNnews.com – Sen, 31 Okt 2011 11.31
TRIBUNNEWS.COM
- Perilaku agresif terkadang lazim ditemui pada anak-anak usia dibawah
lima tahun (balita). Namun jika perilaku tersebut masih bertahan
sampai ia bersekolah TK atau SD, hhhm bisa jadi ada yang salah dengan
pola asuh ibunya.
Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul. Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda.
Menurut teori, balita berusia 4 tahun lebih bisa dikendalikan dibanding balita usia 2 tahun, dan anak berusia 6 tahun berperilaku lebih baik dibanding rata-rata anak usia 4 tahun.
Namun pada kenyataannya ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun.
"Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas I sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber. Padahal, literatur menyatakan anak yang agresif, seperti suka memukul atau melempar benda saat tantrum, cenderung bermasalah di sekolah, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak.
Dalam penelitian yang dilakukan Lorber terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bayi usia 3 bulan pun sudah bisa meniru. Jika sejak bayi si ibu bersikap kurang sabar atau suka mengomel, besar kemungkinan bayinya akan tumbuh menjadi anak berperilaku buruk.
Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh sekelilingnya, seperti tayangan televisi atau video games. Namun, Lorber menjelaskan bahwa pola asuh bukan faktor tunggal dalam pembentukan perilaku anak karena ada juga pengaruh faktor genetik.
Walau begitu, ia menyarankan agar orangtua memberi contoh perilaku yang baik pada anaknya. "Mulailah sedini mungkin. Menjadi orangtua yang sensitif dan merespon kebutuhan sosial dan emosional anak sangatlah penting," katanya.
### semoga manjadi renungan yang terbaik ###
Ingin Punya Anak Pintar? Simak Rahasianya (1)
REPUBLIKA.CO.ID,
Cikal bakal otak anak mulai terbentuk pada usia kehamilan dini. Anak
sehat dan pintar di sana bermula. Dari situ pulalah, masalah dan
gangguan perkembangan bisa muncul. Kalau mau memiliki anak yang pintar
dimulai dari sini (masa awal kehamilan) karena lempengan otak sudah
terbentuk saat usia kehamilan 18 hari. Maka itu, kehamilan tersebut
benar-benar harus dipersiapkan, ujar dokter spesialis tumbuh kembang
anak, dr Ahmad Suryawan SpA(K).
Dari bentuk lempengan,
pertumbuhan otak dalam janin akan terus tumbuh. Puncaknya saat
kehamilan antara empat bulan hingga enam bulan. Nutrisi yang baik dan
didukung psikis ibu yang stabil akan membentuk sel-sel otak bayi.
Semakin banyak sel otak yang tumbuh, semakin tercipta anak yang cerdas.
Untuk itu, pada masa kehamilan, ibu dilarang stres karena akan
memengaruhi perkembangan sel-sel pembentukan otak.Setelah bayi lahir, sel-sel otak harus distimulasi agar semakin banyak pembentuk jaringan penghubung sel-sel otak. Masa stimulasi ini, lanjut dokter yang akrab disapa Wawan itu, sangat penting dilakukan sejak dini. Otak anak yang kurang stimulasi tak memiliki jaringan penghubung.
Wawan menitikberatkan masalah stimulasi dini agar para orang tua mengetahui perkembangan anaknya. Sebab, ada masa periode kritis. Saat itu, pertumbuhan otak anak tidak tumbuh dan tidak berkembang. Periode kritis ini adalah sebuah kurun waktu dalam pertumbuhan otak anak. Bila didapatkan gangguan, akan berakibat anak mengalami kelainan perkembangan yang permanen dan sulit disembuhkan, paparnya di Karawaci, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.
Jika gangguan tersebut diketahui sejak dini, masih bisa dilakukan langkah-langkah perbaikan. Namun, jika deteksi terlambat, dikhawatirkan menjadi cacat seterusnya. Karena, pertumbuhan otak itu hanya sampai usia anak enam tahun.
### seoga manjadi renungan yang terbaik ###